Di dalam Al Quran, Allah menyebutkan tentang kata Al
Hanifiyah. Al Hanifiyah sendiri sebenarnya adalah millah (agama) dari Bapak
Tauhid yaitu Nabi Ibrahim. Bila didefinisikan al hanifiyah berarti beribadah
(menyembah) Allah dengan segenap keikhlasan. Dan peribadatan kepada Allah ini
merupakan perintah Allah kepada seluruh umat manusia. Firman Allah:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan
untuk beribadah kepada-Ku". (QS Adz-Dzariyat : 56)
Ayat ini pun menunjukkan bahwa tujuan penciptaan manusia
adalah beribadah kepada Allah. Namun peribadatan sendiri menjadi bermakna,
apabila tidak disertai dengan tauhid (mengesakan Allah). Dahulu umat-umat para
nabi dan rasul beribadah, namun ibadah mereka tanpa makna karena mereka tidak
mentauhidkan Allah. Dan ini pula sebab terjadinya konflik(permusuhan) antara
para nabi dan umatnya. Allah pun menegaskan bahwa dakwah para nabi dan rasul
adalah dakwah tauhid ini.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada setiap umat
seorang rasul yang menyeru beribadahlah kepada Allah dan jauhi Thaghut(
sesembahan selain Allah)"
Begitu urgennya masalah ini sehingga tidak wajar apabila
kita bodoh terhadapnya. Untuk memudahkan pemahaman, para ulama Ahlusunnah (Imam
Ibnu Abil Izz, Radiyallahu 'anhu) mengklasifikasikan tauhid menjadi 3 yaitu:
- Tauhid Rububiyyah
- Tauhid Uluhiyyah
- Tauhid Asma' wa sifat
1. Tauhid Rububiyah. Yaitu mengesakan Allah dengan
perbuatan-perbuatan Nya, maksudnya adalah menyakini bahwa Allah Subhaanahu Wa
Ta'ala adalah Pencipta seluruh makhluk, Pemberi rizki, yang menghidupkan dan
mematikan. Jika seseorang meyakini tauhid jenis ini tidak otomatis menyebabkan
seseorang keluar dari keadaan syirik ke dalam Islam dan tidak menjadikan haram
darahnya serta tidak menjadikannya selamat dari neraka.
Jenis tauhid ini telah diakui oleh kaum musyrikin zaman
dahulu dan diakui pula oleh seluruh agama seperti Yahudi, Nasrani, al-Shabi'in
atau orang-orang penyembah bintang atau dewa dan majusi, tidak ada yang
mengingkari macam tauhid ini kecuali kelompok Ad-Dahriyah pada waktu dulu dan
komunis pada zaman kita sekarang.
Dalil yang menunjukan pengakuan orang-orang musyrikin
terhadap tauhid Rububiyah adalah firman Allah :
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka
siapakah yang menciptakan langit dan bumi tentu mereka akan menjawab Allah
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya" (QS Luqman : 25)
"Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan
bumi, dan siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang
mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan, maka mereka
akan menjawab Allah, maka katakanlah mengapa kamu tidak bertaqwa(kepada-Nya).
Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah tuhan kamu yang sebenarnya maka tidak
ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu
dipalingkan(dari kebenaran)" (QS Yunus : 31-32)
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka
siapakah yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka akan menjawab
semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui" (QS
Az-Zuhruf : 9)
Tauhid Ar-Rububiyyah adalah pengakuan bahwa Allah adalah
Pencipta segala sesuatu. Bahwa alam dunia ini tak pernah memiliki dua pencipta
yang berseteru dalam karakter dan perubahan. Bentuk tauhid semacam ini tidak
pernah disanggah oleh kelompok manapun dari anak cucu Adam Alaihi As-Salam.
Sebaliknya hati mereka secara kodrati telah diciptakan untuk
mengakui tauhid itu. Sebagaimana dinyatakan oleh para Rasul dan dinukil dalam
Al-Qur'an.
" Apakah ada
keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi ?" [Ibrahim : 10]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah
bersabda.
"Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ayah
dan ibunya-lah yang akan menjadikannya sebagai orang Yahudi, Nashrani ataupun
Majusi" [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari 1358, Muslim 2658, Ahmad II:393,
Malik I:241, dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu]
Tidaklah dapat dikatakan, kalau makna hadits tersebut adalah
bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan lugu, tidak kenal arti tauhid, tidak
juga mengerti apa arti syirik. Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda meriwayatkan dari Rabb-Nya 'Azza wa Jalla.
"Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan
lurus. Lalu datanglah setan membelokkannya dari kebenaran" [Diriwayatkan
oleh Muslim 2865, Ahmad IV : 162,163,266 dari hadits 'Iyadh bin Himar
Al-Mujasyi'i]
Dan di dalam hadits yang terdahulu, juga terdapat hal yang
menjelaskan perkara itu (fitrah manusia). Karena Nabi Shalallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
"(Kedua orang tuanyalah) yang menjadikan dirinya orang
Yahudi, Nashrani ataupun Majusi". Nabi tidak menyabdakan : "... dan
dirinya sebagai Muslim".
Manusia yang paling terkenal dengan kepura-puraan dan sikap
berlagak bodohnya, dengan mengingkari Sang Pencipta adalah Fir'aun. Padahal ia
meyakini semua itu dalam hati. Musa berkata kepadanya : "Musa menjawab :
"Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan
mu'jizat-mu'jizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai
bukti-bukti yang nyata ..." [Al-Isra : 102]
Allah berfirman menceritakan diri Fir'aun dan kaumnya.
"Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka)
padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya..." [An-Naml : 14] [Tahdzib
Syarh Ath-Thahawiyah-1, hal 54-55, Pustaka At-Tibyan]
Mengimani rububiyah Allah artinya mengimani sepenuhnya bahwa
Dialah Tuhan satu-satunya yang tiada sekutu dan tidak ada penolong selainnya.
Rabb adalah yang berhak menciptakan memiliki serta memerintahkan. Jadi tidak
ada pencipta, pemilik, selain Allah, dan tidak ada peintah selain perintah
dariNya. Allah berfirman :
"….Ingatlah mencipta dan memerintah hanyalah hak Allah
mahasuci Allah Rabb Tuhan Semesta alam" (Al Quran Al A'raf: 54)
"… yang berbuat demikian itu adalah Allah rabbmu.
Kepunyaanlah kerajaan dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tidak
mempunayai apa-apa wlaupun setipis kulit ari ". (Al Quran Fathir : 13)
Orang yang mengingkari rububiyah Allah adalah orang yang
congkak, walaupun ia sendiri tidak meyakini kebenaran ucapannya.
"Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang
menurunkan mu'jizat-mu'jizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi
sebagai bukti-bukti yang nyata. Dan sesunggguhnya aku mengira kamu wahai
fir'aun seorang yang akan binasa. " (Al Quran Al 'Isra' : 102)
Perintah Allah mencakup perintah kauni (alam semesta) dan
perintah syari'at, dia adalah Pengatur alam sekaligus sebagai Pemutus seluruh
perkara sesuai dengan tuntutan hikmahnya. Dia juga yang menetapkan hukum-hukum
ibadah dan muamalah sesuai dengan hikmahnya oleh karena itu siapa yang
menyekutukan Allah maka dia telah kufur kepada-Nya.
No comments:
Write komentar