Hari demi hari terus kita lalui
dalam hidup ini. Peristiwa demi peristiwa menghampiri roda kehidupan yang
sedang kita jalani. Tidaklah seorang muslim melainkan ia berada dalam keadaan
bersabar atau bersyukur. Jika ia ditimpa kejelekan maka ia bersabar sehingga
mendapat pahala di balik kejelekan tersebut. Jika Allah Subhanahu wa ta’ala
memberinya kebaikan maka ia bersyukur. Sehingga hal tersebut baik baginya. Ia
menyadari bahwa itu merupakan pemberian dari Allah Subhanahu wa ta’ala kepada
hambaNya yang dikehendaki. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
“Nikmat apa saja yang ada padamu
datangnya dari Allah.” (An Nahl: 53)
Betapa banyak nikmat Allah
Subhanahu wa ta'ala yang harus kita syukuri. Nikmat tersebut tidak ada seorang
pun yang mampu menghitungnya. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
“jika kalian menghitung nikmat
Allah niscaya kalian tidak akan sanggup menghitungnya.” (An Nahl: 18)
Sehingga manusia yang merasa
dirinya telah bersyukur kepada Rabbnya, mereka yang merasa cukup dengan amalan
ibadahnya maka pada hakikatnya kualitas syukur mereka masih rendah. Sedangkan
manusia yang merasa dirinya masih kurang bersyukur lebih baik keadaannya. Ia
menyadari bahwa amalan yang ia lakukan tidak seberapa jika dibanding dengan
nikmat yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan. Sehingga dia selalu berusaha
mensyukuri nikmat demi nikmat yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan semaksimal
kemampuannya.
Sebagaimana keadaan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau selalu bangun shalat malam sampai kedua
kakinya bengkak. Kemudian istri beliau 'Aisyah Radhiyallohu ‘anha berkata:
"Wahai Rasulullah mengapa engkau berbuat demikian, sedangkan Allah telah
mengampuni semua dosamu, baik yang telah lalu maupun yang akan datang."
Kemudian beliau menjawab: "Apakah tidak sepantasnya aku menjadi hamba yang
bersyukur?." (HR. Bukhori dan Muslim)
Perbuatan syukur itu tidak cukup
dengan hanya mengucapkan "Alhamdulillah". Para ulama menyebutkan
bahwa bersyukur itu adalah dengan 3 hal, yaitu: dengan lisan, hati dan anggota
badan.
Seseorang yang bersyukur, dia
meyakini bahwa segala nikmat yang ia dapatkan adalah pemberian Allah subhanahu
wa ta’ala. Dia mensyukurinya dengan mengucapkan ucapan syukur kepada Allah
subhanahu wa ta’ala dan menggunakan nikmat-nikmat tersebut di atas jalan ketaatan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Nikmat Allah subhanahu wa ta’ala
terhadap hambaNya terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: Nikmat zhahir dan batin.
Sedangkan nikmat yang paling berharga adalah nikmat batin yang berupa islam
Allah subhanahu wa ta’ala ta'ala
tidak memberikan nikmat ini kepada seluruh makhluknya. Bahkan kebanyakan di
antara mereka kafir. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam kitabNya yang
mulia:
“Sesungguhnya telah tetap
perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka bahwa mereka tidak
beriman.” (Yasin: 7)
Bahkan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda yang menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman
jumlahnya sangat sedikit. Dalam kitab Riyadhus Sholihin, Al Imam An-Nawawi
meyebutkan pada bab Roja’ bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah
bersabda:
“Jumlah kalian jika dibandingkan dengan
orang-orang musyrik hanyalah bagaikan sedikit bulu putih pada kulit sapi hitam
atau bagaikan bulu hitam pada kulit sapi merah.” (HR. Al Bukhori dan Muslim)
Subhanallah, dengan hadits ini
kita dapat mengerti bahwa kaum muslimin merupakan orang-orang khusus. Merekalah
orang-orang pilihan Allah. Dengan islamnya seseorang, itu merupakan syarat
mutlak ia dapat masuk ke dalam surga.
Adapun kafir, mereka yang enggan
berislam, mereka yang menolak ayat-ayat Allah subhanahu wa ta’ala, sebaik
apapun gaya hidupnya, sedermawan apapun dia, sebaik apapun kehidupan sosialnya,
Allah subhanahu wa ta’ala haramkan untuknya surga. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman menegaskan hal tersebut:
“Sesungguhnya orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan
dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka dan mereka tidak akan masuk surga
sampai unta masuk ke dalam lubang jarum.” (Al - A’raf : 40)
Maknanya adalah seorang kafir
tidak mungkin masuk ke dalam surga sebagaimana tidak mungkinnya unta masuk ke
dalam lubang jarum.
Alhamdulillah, Segala puji bagi
Allah ta'ala yang telah memuliakan kita dengan Islam, yang telah menjadikan
kita termasuk golongan yang menyambut seruan para Rasul.
Maka alangkah tercelanya jika
kita meremehkan nikmat ini bahkan menyia-nyiakannya. Barangsiapa yang demikian
keadaannya maka tidak mustahil nikmat Islam dicabut darinya. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
“Jika kalian bersyukur Aku akan menambahkan
untuk kalian. Dan jika kalian kufur maka sesungguhnya adzabKu sangat pedih.”
(Ibrohim: 7)
Maka wajib bagi kita untuk
bersungguh-sungguh meminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar dilanggengkan
di atas Islam. Wajib bagi kita pula untuk bersungguh-sungguh mensyukuri nikmat
yang besar ini dengan selalu mengerjakan perintah-perintah Allah subhanahu wa
ta’ala dan menjauhi larangan-laranganNya.
Sehingga di sini manusia diuji
kesungguhannya dan kesabarannya dalam menjalani perintah-perintah Allah subhanahu
wa ta’ala dan menjauhi larangan-laranganNya. Dengan demikian akan terlihatlah
bukti seseorang yang bersungguh-sungguh dalam mensyukuri nikmat ini. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
"Apakah kalian mengira akan
masuk Surga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang bersungguh-sungguh
di antara kalian dan orang-orang yang bersabar.” (Al Imran :142)
Semoga kita termasuk golongan
hamba-hambaNya yang bersyukur sampai Malakul Maut menjemput nyawa kita. Aamiin.
No comments:
Write komentar