Hadits doif yang diriwayatkan oleh imam Ahmad yang berisikan redaksi do’a berikut,
اللهم بارك لنا فى رجب و شعبان و بلغنا رمضان
“Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikan kami ke bulan Ramadan.” (HR. Ahmad)
Meski hadis ini doif tidaklah mengapa jika seorang muslim berdo’a kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan, seraya meminta taufik kepada-Nya agar dapat berpuasa dengan baik di bulan Ramadhan.
Syaikh fauzi fazani anggota duat jaliyat makkah mengatakan ketika mendekati bulan Ramadhan banyak sekali yang meninggal dunia. Maka kita harus bersyukur masih diberikan umur bisa beribadah di bulan ramadhan. Karena orang yang mati sebelum ramadhan akan jauh derajatnya dengan orang yang mati setelah ramadhan jika ia mengisi ramadhan dengan beribadah.
Dikisahkan Ada dua orang sahabat, saling bersaudara, salah seorang di antara mereka lebih bersemangat dibandingkan yang lain, dan akhirnya dia pun memperoleh syahid. Adapun sahabat kedua, wafat setahun setelahnya. Thalhah radhiallahu ‘anhu bermimpi bahwa orang yang terakhir meninggal memiliki derajat yang lebih tinggi daripada yang pertama. Thalhah menginformasikan hal tersebut kepada sahabat yang lain dan mereka pun merasa heran . Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
"Bukankah orang ini hidup setahun setelahnya?" mereka menjawab, "Ya." Beliau bersabda: "Bukankah ia mendapatkan bulan Ramadan dan berpuasa? Ia juga telah mengerjakan shalat ini dan itu dengan beberapa sujud dalam setahun?" mereka menjawab, "Ya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali bersabda: "Sungguh, sangat jauh perbedaan antara keduanya (dalam kebajikan) bagaikan antara langit dan bumi." (HR. Ibnu Majah : 3925.)
Mengisi bulan ramadhan dengan ibadah derajatnya dapat mengalahkan pahala syahid. Maka kita yang mendapat kesempatan bulan ramadhan harus bersyukur dan jangan sampai disia-siakan. Implementasi kesyukurannya adalah dengan memanfaatkan ramadhan dengan ibadah. Contohlah Rasulullah yang sudah dijamin masuk surga namun tetap ibadah.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلَاهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا
Dari Aisyah berkata: Bila shalat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri hingga kaki beliau bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosamu yang telah berlalu dan yang dikemudian. Beliau bersabda: "Apakah aku tidak menjadi hamba yang bersyukur?" (H.R. Muslim)
Dalam kitab aqidah wasitiyah perbedaan antara al hamdu dan as syukru. Alhamdu hanya sebatas dilisan sedangkan syukru bisa dengan lisan dan perbuatan yang lainnya.
Dikisahkan suatu hari ‘Umar bin al-Khaththab pernah melewati seorang pria di pasar, lalu orang tersebut berdoa dan mengucapkan :
« اللهم اجْعَلْنِي مِنْ عِبَادِكَ القَلِيْلِ … اللهم اجْعَلْنِي مِنْ عِبَادِكَ القَلِيْلِ »
“`Ya Allah, Jadikanlah diriku termasuk hamba-hamba-Mu yang sedikit… Ya Allah, Jadikanlah diriku termasuk hamba-hamba-Mu yang minoritas… “`
Lantas Sayyidina Umar pun bertanya : “Darimana kamu dapati doa seperti ini??”
Pria tersebut menjawab : “Sesungguhnya Allah berfirman di dalam Kitab-Nya yang mulia :
وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
"Dan alangkah sedikitnya hamba-hamba-Ku uang bersyukur“
Lantas Sayyidina Umar pun menangis. Pria itu lalu berkata : “Setiap orang sepertinya lebih faqih dari Anda wahai Umar.” (Atsar diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam _al-Mushonnaf)
Dalam kisah diatas pemuda ini berdoa agar dijadikan hamba yang bersyukur. Karena tanpa pertolongan Allah kita tidak bisa bersyukur kepada Allah. Oleh karena itu Rasulullah berwasiat kepada muadz bin jabal untuk meminta pertolongan Allah dalam bersyukur.
Dari Mu'adz bin Jabal bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menggandeng tangannya dan berkata: "Wahai Mu'adz, demi Allah, aku mencintaimu." Kemudian beliau berkata: "Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu'adz, janganlah engkau tinggalkan setiap selesai shalat untuk mengucapkan, "ALLAAHUMMA A'INNII 'ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI 'IBAADATIK" (Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepadaMu serta beribadah kepadaMu dengan baik.) (H.R. Abu Dawud)
Manusia itu lemah dan tak berdaya. Maka janganlah sombong ketika dapat beribadah, janganlah sombong ketika telah menapaki jalan sunah, jangan merasa paling benar tapi tetaplah rendah hati dan selalu meminta perlindungan Allah agar tetap berada di jalan Nya. Rasulullah saja bedoa agar selalu ditetapkan dalam jalan islam.
Dari Anas dia berkata; adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terbiasa membaca do'a "YA MUQALLIBAL QULUUB TSABBIT QALBII 'ALAA DIINIKA (wahai Dzat yang membolak balikkan hati teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu)." Kemudian aku pun bertanya, "Wahai Rasulullah, kami beriman kepadamu dan kepada apa yang Anda bawa. Lalu apakah Anda masih khawatir kepada kami?" beliau menjawab: "Ya, karena sesungguhnya hati manusia berada di antara dua genggaman tangan Allah yang Dia bolak-balikkan menurut yang dikehendaki-Nya."
Sufyan sauri pernah berkata sebelum ia meninggal sambil memegang pasir ditangannya, "aku teringat dosa-dosaku dan khawatir dicabut keimananku sebelum datang kematianku"
Maka dari itu, inilah waktunya kita menjadikan syukur kita tidak hanya dalam lisan tapi harus dilakukan dalam perbuatan.
Wallahu a'lam
No comments:
Write comments